ADAKAH WAJIB MEMAKAI TUDUNG KETIKA MEMBACA AL-QURAN DI RUMAH?...RAMAI YANG AMBIL MUDAH DENGAN PERKARA INI!

ADAKAH WAJIB MEMAKAI TUDUNG KETIKA MEMBACA AL-QURAN DI RUMAH?...RAMAI YANG AMBIL MUDAH DENGAN PERKARA INI!



Soalan; ustaz, ketika membaca al-Quran di rumah, adakah wajib kami orang perempuan menutup kepala. Adakah berdosa jika baca al-Quran dengan nampak rambut?

Jawapan;

Ketika membaca al-Quran dituntut memakai pakaian yang bersopan, berada di tempat yang elok dan dalam kedudukan yang elok, sesuai dengan ketinggian al-Quran. Namun tidaklah wajib menutup aurat dengan penuh sebagaimana ketika berada di luar rumah(1). Wanita yang membaca al-Quran dalam rumah tidak wajib menutup kepalanya (yakni memakai tudung). Syeikh ‘Atiyah Saqar dalam fatwanya menyebutkan; “Diharuskan/dibolehkan seorang wanita membaca al-Quran dengan kepala terdedah atau dengan berpakaian yang biasa di pakai dalam rumah, asalkan tidak ada lelaki ajnabi yang melihatnya. Namun yang terbaik ialah dia memakai pakaian yang menutup aurat dengan sempurna, berwudhuk dan mengadap ke arah kiblat, supaya bertambah pahalanya”.

Wallahu a’lam.

Rujukan; Fatawa Dar al-Iftak, Mesir; 8/419 (Syeikh ‘Atiyah as-Saqar, Mei 1997).

Nota;

(1) Aurat wanita ketika bersendirian ialah; antara pusat dan lutut, yakni ketika bersendirian dibolehkan dia mendedahkan tubuhnya kecuali kawasan antara pusat dan lutut; wajib ditutup, tidak boleh didedahkan sekalipun bersendirian (Hasyiyah al-Bujairmi, 1/449).

Sewajarnya seseorang yang hendak membaca al-Quran dapat merasakan perasaan takut kepada Allah sesuai dengan sabda Nabi SAW yang bererti

“Sesungguhnya manusia yang paling baik suaranya ketika membaca al-Quran, adalah jika kamu mendengarnya membaca, kamu menyangka bahawa dia takut kepada Allah.” (Ibn Majah,hadith ke 1339,juz 1, hal 425; dinyatakan sahih oleh al-Albani dalam kitab Sahih Ibn Majah, hadith ke 1101, juz 1, hal 2254).

Caranya adalah dengan memperhatikan kandungan al-Quran, baik amarannya, perjanjian dan persetujuannya. Jika kesedihan dan tangisan belum dapat dirasakan, maka tangisilah ke atas kekerasan hatinya kerana perkara itu merupakan bencana yang paling besar.

Orang yang hendak membaca al-Quran itu hendaklah melafazkan bacaannya dengan tartil (perlahan-lahan).

Ini kerana para ulama telah bersepakat atas saranan untuk membaca dengan tartil berdasarkan firman Allah Subhanahuwataala yang berikut ini yang bermaksud:

“Dan bacalah al-Quran dengan perlahan-lahan (tartil)”(Surah al-Muzammil:4)

Bacaan yang dilakukan dengan tartil itu sangat mengagumkan (sedap didengar) dan pengaruhnya pada hati lebih mendalam daripada membacanya secara cepat atau terburu-terburu.

Disarankan juga ketika membaca, apabila mendapati ayat yang mengandungi ungkapan rahmat maka hendaklah meminta kurnia.

Beberapa adab penting yang perlu diperhatikan dalam membaca Al-Qur’an:
1- Hendaklah yang membaca Al-Qur’an berniat ikhlas, mengharapkan ridha Allah, bukan berniat ingin cari dunia atau cari pujian.

2- Disunnahkan membaca Al-Qur’an dalam keadaan mulut yang bersih. Bau mulut tersebut bisa dibersihkan dengan siwak atau bahan semisalnya.

3- Disunnahkan membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci. Namun jika membacanya dalam keadaan berhadats dibolehkan berdasarkan kesepatakan para ulama.

Catatan: Ini berkaitan dengan masalah membaca, namun untuk menyentuh Al-Qur’an dipersyaratkan harus suci. Dalil yang mendukung hal ini adalah:

عَنْ أَبِى بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَتَبَ إِلَى أَهْلِ الْيَمَنِ كِتَابًا فَكَانَ فِيهِ لاَ يَمَسُّ الْقُرْآنَ إِلاَّ طَاهِرٌ

Dari Abu Bakr bin Muhammad bin ‘Amr bin Hazm dari ayahnya dari kakeknya, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menulis surat untuk penduduk Yaman yang isinya, “Tidak boleh menyentuh Al-Qur’an melainkan orang yang suci”. (HR. Daruquthni no. 449. Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa’ no. 122).

4- Mengambil tempat yang bersih untuk membaca Al-Qur’an. Oleh karena itu, para ulama sangat anjurkan membaca Al-Qur’an di masjid. Di samping masjid adalah tempat yang bersih dan dimuliakan, juga ketika itu dapat meraih fadhilah i’tikaf.

Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, “Hendaklah setiap orang yang duduk di masjid berniat i’tikaf baik untuk waktu yang lama atau hanya sesaat. Bahkan sudah sepatutnya sejak masuk masjid tersebut sudah berniat untuk i’tikaf. Adab seperti ini sudah sepatutnya diperhatikan dan disebarkan, apalagi pada anak-anak dan orang awam (yang belum paham). Karena mengamalkan seperti itu sudah semakin langka.” (At-Tibyan, hlm. 83).

5- Menghadap kiblat ketika membaca Al-Qur’an. Duduk ketika itu dalam keadaan sakinah dan penuh ketenangan.

6- Memulai membaca Al-Qur’an dengan membaca ta’awudz. Bacaan ta’awudz menurut jumhur (mayoritas ulama) adalah “a’udzu billahi minasy syaithonir rajiim”. Membaca ta’awudz ini dihukumi sunnah, bukan wajib.

Perintah untuk membaca ta’awudz di sini disebutkan dalam ayat,

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآَنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)

7- Membaca “bismillahir rahmanir rahim” di setiap awal surat selain surat Bara’ah (surat At-Taubah).

Catatan: Memulai pertengahan surat cukup dengan ta’awudz tanpa bismillahir rahmanir rahim.

8- Hendaknya ketika membaca Al-Qur’an dalam keadaan khusyu’ dan berusaha untuk mentadabbur (merenungkan) setiap ayat yang dibaca.

Perintah untuk mentadabburi Al-Qur’an disebutkan dalam ayat,

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad: 29)

Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, “Hadits yang membicarakan tentang perintah untuk tadabbur banyak sekali. Perkataan ulama salaf pun amat banyak tentang anjuran tersebut. Ada cerita bahwa sekelompok ulama teladan (ulama salaf) yang hanya membaca satu ayat yang terus diulang-ulang dan direnungkan di waktu malam hingga datang Shubuh. Bahkan ada yang membaca Al-Qur’an karena saking mentadabburinya hingga pingsan. Lebih dari itu, ada di antara ulama yang sampai meninggal dunia ketika mentadabburi Al-Qur’an.” (At-Tibyan, hlm. 86)

Diceritakan oleh Imam Nawawi, dari Bahz bin Hakim, bahwasanya Zararah bin Aufa, seorang ulama terkemuka di kalangan tabi’in, ia pernah menjadi imam untuk mereka ketika shalat Shubuh. Zararah membaca surat hingga sampai pada ayat,

فَإِذَا نُقِرَ فِي النَّاقُورِ (8) فَذَلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌ (9)

“Apabila ditiup sangkakala, maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit.” (QS. Al-Mudattsir: 8-9). Ketika itu Zararah tersungkur lantas meninggal dunia. Bahz menyatakan bahwa ia menjadi di antara orang yang memikul jenazahnya. (At-Tibyan, hlm. 87)

Ingat nasihat Ibrahim Al-Khawwash bahwa tombo ati (obat hati) ada lima:

Membaca Al-Qur’an disertai tadabbur (perenungan)
Perut kosong (rajin puasa)
Rajin qiyamul lail (shalat malam)
Merendahkan diri di waktu sahur
Duduk dengan orang-orang shalih.
Adab membaca Al-Qur’an diringkas dari penjelasan Imam Nawawi dalam At-Tibyan, hlm. 80-87. Semoga manfaat. Wallahu waliyyut taufiq.

Bagaimana adab setelah membaca Al-Qur’an? Apakah disyariatkan membaca shadaqallahul ‘azhim? Temukan jawabannya di link: Ucapan Shadaqallahul ‘Azhim.


Jika mendapati ayat yang mengandungi akan seksanya, maka dia hendaklah meminta perlindungan daripada keburukan di dunia dan seksa akhirat. Apabila mendapat bacaan ayat yang mensucikan Allah Subhanahuwataala maka hendaklah dia mensucikanNya dengan berkata Maha Suci Allah atau betapa besar keagungannya atau lafaz lain yang semakna dengannya.

Hendaklah dia memuliakan dan membesarkan (kedudukan) al-Quran dengan tidak bermain-main ketika membacanya baik dengan tertawa, membuat pergaduhan, bertengkar atau bersenda gurau.

Hal ini berdasarkan pada firman Allah Subhanahuwataala berikut ini yang bermaksud:

”Dan apabila dibacakan (kepadamu) al-Quran, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kami mendapat rahmat.’ (surah al-A’raf:204)

Tidak dibenarkan membaca al-Quran selain menggunakan bahasa al-Quran, baik bahasa yang digunakan itu baik atau tidak baik pada ketika menunaikan solat atau di luar solat.

Tidak dibenarkan membaca al-Quran selain dengan cara bacaan yang tujuh yang sangat mutawatir dan dilarang membacanya dengan bacaan yang diluar ketentuan.

Apabila seseorang membaca al-Quran dengan salah satu cara bacaan yang mutawatir, maka hendaknya dia menyempurnakan bacaannya dengan cara itu selagi dia tidak berpindah kepada ayat yang lain.

No comments:

Post a Comment

HUKUM SOLAT TIDAK PAKAI BAJU DALAM BAGI PEREMPUAN DAN SELUAR DALAM BAGI LELAKI.INI JAWAPAN YANG PERLU DIKETAHUI.

HUKUM SOLAT TIDAK PAKAI BAJU DALAM BAGI PEREMPUAN DAN SELUAR DALAM BAGI LELAKI.INI JAWAPAN YANG PERLU DIKETAHUI. Sudah tentu terta...